1.
KONSEP FRAMING
Analisis
framing versi terbaru dari pendekatan
wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Dan yang pertama kali
melontarkan tentang framing adalah Beterson 1955 (Sudibyo 1999 : 23). Mulanya
frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang
mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana serta menyediakan
kategori – kategori standar untuk mengapresiasi realitas.
Dalam ranah studi komunikasi,
mewakili analisis tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner
untuk menganalisis fenomena atau aktifitas komunikasi. Konsep framing adalah
murni konsep ilmu komunikasi, akan tetapi di pinjam oleh ilmu kognitif (psikologi). Dalam praktiknya, analisis
framing juga membuka peluang untuk implementasi konsep sosiologi, politik dan
cultural untuk menganalisis fenomena komunikasi.
Ilmu ini
bekerja didasarkan pada fakta bahwa konsep ini bisa ditemui di berbagai
literatur lintas ilmu sosial dan ilmu perilaku. Secara sederhana, analisis
bingkai mencoba untuk membangun sebuah komunikasi bahasa, visual, dan pelaku
dan menyampaikannya kepada pihak lain atau menginterpretasikan dan
mengklasifikasikan informasi baru. Melalui analisa bingkai, kita mengetahui
bagaimanakah pesan diartikan sehingga dapat diinterpretasikan secara efisien
dalam hubungannya dengan ide penulis.
Dalam perspektif komunikasi, framing digunakan untuk membedah
cara atau ideology media saat
mengkonstruksi fakta. Dengan kata lain framing di gunakan untuk mengetahui
bagaimana cara pandang wartawan dalam menyeleksi isu dan menulis berita. Dalam
konsep psikologis, framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam konteks
yang unik. Dalam konsep ilmu lain konsep framing terkesan tumpang tindih,
fungsi frame kerap dikatakan sebagai struktur internal dalam pikiran dan
perangkat yang dibangun dalam wacana politik.
2. TEKNIK FRAMING
Secara teknis sangat tidak mungkin
seorang jurnalis memframing seluruh bagian berita, atau dalam kata lain
hanyalah berita yang terpenting yang akan menjadi objek framing jurnalis. Framing
dalam berita dilakukan dengan empat cara:
·
Identifikasi Masalah
·
Identifikasi Penyebab Masalah
·
Evaluasi Moral
·
Saran Penaggulangan Masalah
Menurut
Abrar (2000:73) menyebutkan bahwa pada umumnya
ada empat teknik memframing berita yang digunaka oleh wartawan
1)Cognitive Dissonance (ketidaksukaan sikap dan perilaku), 2)empati (membentuk
“pribadi khayal”), 3)Packing (daya tarik yang melahirkan ketidakberdayaan),
4)Assosiasi (menggabungkan kondisi, kebijakan dan objekyang sedang actual
dengan focus berita).Dan sekurangnya ada tiga bagian yang menjadi objek framing
seorang wartawan, yaitu ; judul berita, focus berita dan up berita.
Analisis framing bisa dilakukan
dengan bermacam-macam focus dan tujuan. Pendekatan framing di bagi menjadi dua
:
a) Pendekatan Kultural
Meliputi identifikasi dan kategorisasi terhadap
penanggulangan, penempatan, asosiasi, dan penajaman kata, kalimat dan proposisi
tertentu dalan suatu wacana.
b)
Pendekatan Individual
Frame dalam level individu menimbulkan konsekuensi bahwa
untuk tujuan tertentu, studi framing tidak bisa hanya dilakukan dengan analisis
isi terhadap teks media. Menurut Sudibyo ( 1999:42 ) analisis framing terhadap
skemata individu bisa dilakukan dengan polling atau wawancara komprehensif.
3. MODEL FRAMING
Ada dua model framing yang sering
digunakan:
A. Model Zhongdang Pan dan Gerald M. kosicki
Melalui tulisan “a framing analysis: An approach to New
Discourse” meng-opersionalisasikan empat dimensi structural teks berita sebagai
perangkat teks framing: sintaksis, skrip, tematik dan retoris yang membentuk
semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantic berita dalan koherensi
global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita memiliki frame berfungsi
sebagai pusat organisasi berita. Dalam pendekatan ini framing di bagi menjadi 4
struktur besar :
1. Struktur Sintaksis
Bisa diamati dari bagan berita yang meliputi cara wartawan menyusun.
berita.
Struktur sintaksis memiliki perangkat:
a.
Headline merupakan
berita yang dijadikan topik utama oleh media.
b.
Lead (teras
berita) merupakan paragraf pembuka dari sebuah berita yang biasanya mengandung
kepentingan lebih tinggi. Struktur ini sangat tergantung pada ideologi penulis
terhadap peristiwa.
c.
Latar informasi
d.
Kutipan
e.
Sumber
f.
Pernyataan
g.
Penutup
- Struktur Skrip
Skrip adalah cara wartawan mengisahkan fakta. Melihat bagaimana strategi
bertutur atau bercerita yang digunakan wartawan dalam mengemas berita.
Struktur skrip memfokuskan perangkat framing pada kelengkapan berita :
a.
What (apa)
b.
When (kapan)
c.
Who (siapa)
d.
Where (di mana)
e.
Why (mengapa)
f.
How
(bagaimana)
- Struktur Tematik
Bagaimana seorang wartawan mengungkapkan suatu peristiwa
dalam proposisi, kalimat atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara
keseluruhan.
a.
Struktur tematik mempunyai perangkat framing:
b.
Detail
c.
Maksud dan hubungan kalimat
d.
Nominalisasi antar kalimat
e.
Koherensi
f.
Bentuk kalimat
g.
Kata ganti
- Struktur Retoris
Bagaimana seorang waratawan menekankan arti tertentu atau dalam kata lain
penggunaan kata, idiom, gambar dan grafik yang digunakan untuk memberi penekanan
arti tertentu. Struktur retoris mempunyai perangkat framing :
a.
Leksikon/pilihan kata
Perangkat ini
merupakan penekanan terhadap sesuatu yang penting.
b.
Grafis
c.
Metafor
d.
Pengandaian
B.
Gamson dan Modigliani
Didasarkan pada pendekatan konstruksionis yang melihat
representasi media, berita dan artikel, terdiri atas Package Interaktif yang
mengandung konstruksi makna tertentu. Dalam Package Interaktif terdapat dua
struktur :
a.
Core Frame
Merupakan pusat organisasi elemen-elemen ide yang
membantu komunikator menunjukkan substansi isu yang dibicarakan.
b.
Condensing Symbol
Memiliki dua struktur framing devices dan reasoning
devices. Framing Devices mencakup methapore, exemplar, cathcpharses, deceptions
dan visual image yang menekankan pada bagaimana “melihat” aspek suatu isu atau
berita. Sedangkan Reasoning Devices menekankan
aspek pembenaran terhadap cara “melihat” isu, yakni roots dan appeals to
principle.
4. Model Proses Framing
Proses
analisis ini dibagi menjadi empat bagian :
A. Frame
Bulding (Bangunan Bingkai/Frame)
Studi ini mencakup tentang dampak
faktor-faktor pengendalian diri terhadap organisasi, nila-nilai profesional
dari wartawan, atau harapan terhadap audien terhadap bentuk dan isi berita.
Studi ini belum mampu menjawab bagaimanakah media dibentuk atau tipe
pandangan/analisis yang dibentuk dari proses ini. Oleh karena itu, diperlukan
sebuah proses yang mampu memberikan pengaruhnya terhadap kreasi atau perubahan
analisa dan penulisan yang diterapkan oleh wartawan.
Frame bulding meliputi
kunci pertanyaan: faktor struktur dan organisasi seperti apa yang mempengaruhi
sistem media, atau karakteristik individu wartawan seperti apa yang mampu
mempengaruhi penulisan sebuah berita terhadap peristiwa.
Faktor kedua yang mempengaruhi penulisan berita adalah
pemilihan pendekatan yang digunakan wartwan dalam penulisan berita sebagai
konsekuensi dari tipe dan orientasi politik, atau yang disebut sebagai
“rutinitas organisasi”. Faktor ketiga adalah pengaruh dari sumber-sumber
eksternal, misalnya aktor politik dan otoritas.
B. Frame
setting (Pengkondisian Framing)
Proses kedua yang perlu diperhatikan dalam framing sebagai teori efek media adalah frame setting. Para ahli berargumen
bahwa frame setting didasarkan pada
proses identivikasi yang sangat penting. Frame
setting termasuk salah satu aspek pengkondisian agenda (agenda setting). Agenda setting lebih menitikberatkan pada isu-isu yang
menonjol/penting, frame setting, agenda setting tingkat kedua, yang
menitikberatkan pada atribut isu-isu penting. Level pertama dari agenda setting adalah tarnsmisi objek
yang penting, sedangkan tingkat kedua adalah transmisi atribut yang penting.
Namun, Nelson dalam Scheufele (1999:116) menyatakan bahwa
analisa penulisan berita mempengaruhi opini dengan penekanan nilai spesifik,
fakta, dan pertimbangan lainnya, kemudian diikuti dengan isu-isu yang lebih
besar, nyata, dan relevan dari pada memunculkan analisa baru.
C. Individual-Level
Effect of Farming (Tingkat Efek Framing
terhadap Individu)
Tingkat pengaruh individual terhadap seseorang akan membentuk
beberapa variabel perilaku, kebiasaan, dan variabel kognitif lainnya telah
dilakukan dengan manggunakan model kota hitam (black-box model). Dengan kata lain, studi ini terfokus pada input dan output, dan dalam kebanyakan kasus, proses yang menghubungkan
variabel-variabel kunci diabaikan.
Kebanyakan penelitian melakukan percobaan pada nilai keluaran
framing tingkat individu. Meskipun
telah memberikan kontribusi yang penting dalam menjelaskan efek penulisan
berita di media dalam hubungannya dengan perilaku, kebiasaan, dan variabel
kognitif lainnya, studi ini tidak mampu menjelaskan bagaimana dan mengapa dua
variabel dihubungkan satu sama lain.
D. Journalist
as Audience (Wartawan sebagai Pendengar)
Pengaruh
dari tata mengulas berita pada isi yang sama dalam media lain adalah fungsi
beragam faktor. Wartawan akan lebih
cenderung untuk melakukan pemilihan konteks. Di sini, diharapkan wartawan dapat
berperan sebagai orang yang mendengarkan analisa pembaca sehingga ada timbal
balik ide. Akibatnya, analisa wartawan
tidak serta merta dianggap paling benar dan tidak terdapat kelemahan.
Framing sebagai teori efek media
membutuhkan konsep proses model dari pada terfokus pada input dan output. Oleh
karena itu, penilitian masa depan harus mengakomodasi empat kunci di atas.
Model proses diharapakan menjadi acuan kerja masa depan yang secara sistematis
mampu memberikan pemecahan terhadap isu-isu framing
dan melakukan pendekatan detail dalam teori yang koheren.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar